Wednesday, August 14, 2019

Yuk Intip Matematika dan Pengurangan Risiko Bencana

Pelaku pendidikan Weilin Han sudah pernah mengutarakan arah pengetahuan ialah mengedit tabiat. Bermakna dalam evaluasi berharap siswa tidak sekedar pandai namun juga dapat mengaplikasikan pengetahuan itu untuk pecahkan soal dalam kehidupan keseharian.


Sebagian besar bagian kehidupan ini senantiasa terkait dengan matematika, dari penghitungan yg paling simple atau rumus serta teori yg lebih kompleks. Matematika bisa dijelaskan berubah menjadi basic serta ada di dalam tiap pengetahuan/pelajaran yang lain. Dalam evaluasi matematika dibutuhkan wawasan rencana basic yg baik dengan sebisa-bisanya dikasih keterangan yang layak dihubungkan dengan kasus yg kontekstual. Simak Juga : contoh soal invers

Sesungguhnya pelajaran matematika memang masih berubah menjadi pelajaran yg sukar serta bikin jadi bosan untuk sejumlah siswa, biarpun malahan ada yg suka pada. Sejumlah faktor yg membuat matematika berubah menjadi momok ialah sebab pengutaraan guru yg bikin jadi bosan, cuma memberikannya beberapa angka, teori, serta rumus. Siswa cuman diperintah mengalkulasi.

Kadang ketidaktertarikan sebab tidak jelas matematika untuk apa, bahkan juga kalau dihubungkan dengan kasus fakta keseharian. Kadang guru kurang bisa memberikannya keterangan yang layak mengenai implementasi materi evaluasi matematika dalam kehidupan fakta.

Motivasi belajar matematika adalah daya penggerak siswa untuk mendalami secara benar untuk apa mereka belajar. Motivasi siswa yg tinggi akan membuat proses belajar mengajar berubah menjadi efisien sebab nyatanya yg dipelajari berfaedah langsung untuk siswa.

Pendekatan evaluasi yg demikian umum dimaksud proses evaluasi konstekstual yg libatkan pengalaman pengetahuan yg didapat lewat kabar serta hubungan sosial yg fakta sebelum pelajari pengetahuan seterusnya yg sama-sama terkait. Guru bisa menggali lebih dalam kabar serta hubungan sosial yg sudah dipunyai siswa jadi modal mengintegrasikan materi evaluasi matematika.

Selanjutnya proses evaluasi matematika kontekstual akan tambah berarti sebab siswa semakin lebih memahami serta mendalami keterkaitan yg sudah dipelajari dengan kasus di dunia fakta, tingkatkan untuk aktif berpikir kreatif serta gawat, bahkan juga berempati untuk merampungkan kasus itu, biarpun masih juga dalam bentuk yg paling simple.

Pelajaran Matematika yg Kontekstual

Pengalaman saya terkait dengan evaluasi matematika dengan kontekstual ialah saat saya diperintah berubah menjadi satu diantaranya periset dalam pekerjaan analisa How to Enhance Implementing Mathematic in Disaster Risk Reduction (DRR) .

Analisa ini diselenggerakan oleh South East Asian Ministry of Education Organisasi (SEAMEO) Regional Centre for Quality Improvement for Teachers and Education Personnel (QITEP) in Mathematics pada 2015.

Arah analisa itu ialah paham metode menambah implementasi matematika dalam pengurangan kemungkinan musibah (disaster risk reduction) , mengakibatkan motivasi yg besar pada siswa untuk belajar matematika, serta berlangsung pergantian tabiat dalam hadapi musibah.

Dalam penerapan analisa, pada awal evaluasi matematika di kelas, saya memberikannya deskripsi mengenai situasi geografis serta alam Indonesia yg terdapat pada pertemuan lempeng-lempeng kerak bumi, yaitu Euroasia, Asia-Australia, Filipina serta Pasifik, serta banyak gunung berapi yg bersama.
Artikel Terkait : rumus luas trapesium

Saya jabarkan juga Indonesia adalah negara kepulauan dengan luas lautan yg semakin besar ketimbang dengan luas daratan. Situasi itu terdapat resiko berlangsung musibah alam, baik dengan jumlah kecil atau besar seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, serta angin topan.

Kadang musibah itu mengakibatkan korban jiwa, harta, atau kehancuran bangunan serta infrastruktur yang lain. Pasti masih fresh dalam daya ingat mengenai gempa yg dibarengi tsunami di Aceh pada 2004 serta di Palu dan Donggala pada 2018, tanah longsor di Banjarnegara, atau banjir di Kota Solo sejumlah tahun yang lalu serta di sejumlah wilayah lain.

Pasti musibah itu berlangsung dengan alami atau sebab tabiat manusia. Sejumlah kasus yang memicu musibah itu sejumlah bisa dicarikan pemecahan atau dihitung dengan matematis, baik yg simple atau yg susah.

Jadi contoh, pada musibah banjir serta materi berkaitan volume/area, saya mengatakan terhadap siswa mengenai yang memicu berlangsungnya banjir yg salah satunya sebab pergantian tata atur area yg tidak baik.

Area serapan air hujan dirubah berubah menjadi tempat perumahan, air hujan disalurkan langsung ke aliran drainase, selokan, sungai, dengan tampungan yg tidak mencukupi serta memicu air membeludak, selanjutnya berlangsung banjir.

Menelaah Soal serta Cari Pemecahan

Dari masalah banjir ini siswa dirangsang menelaah kasus serta cari pemecahan yang bisa ditawarkan dikaitkan dengan materi berkaitan volume/area. Nyatanya respon siswa di luar pendapat. Siswa ketertarikan serta aktif memberikannya pemecahan soal banjir itu.

Ada siswa yg menyarankan mengalkulasi kembali volume atau kemampuan sungai serta aliran drainase untuk menyimpan air hujan melalui langkah mengalkulasi luas penampang sungai/aliran yg kebanyakan bersifat trapesium setelah itu dikalikan dengan panjang.

Ada siswa yg menyarankan membuat lubang biopori dengan ukuran spesifik di taman rumah atau aliran air dengan jumlahnya spesifik. Ada yg menyarankan pengerjaan sumur serapan di dalam rumah dengan volume daya tampung yg semakin besar.

Lubang biopori serta sumur serapan bersifat silinder bisa dihitung volumenya dengan simpel. Misalnya volume satu sumur serapan tiga mtr. kubik serta jumlahnya rumah 50 unit, karena itu air yang bisa ditampung ialah 150 mtr. kubik.  Pasti volume yg banyak.

Pada materi pelajaran integral, saya kasih contoh mengenai berlangsungnya tanah longsor dengan simple. Longsor akan berlangsung saat berat tanah di atas kurva longsoran pada bukit melebih nilai kosehesivitas tanah.

Siswa bisa mengalkulasi berat volume tanah dengan mengalkulasi integrasi kegunaan kurva (longsoran) . Mode drainase serta terasiring bisa dibikin untuk menjauhi berat volume yg terlalu berlebih karena hujan yg memicu longsor.

Dari dua contoh masalah itu nyatanya mendorong siswa untuk belajar matematika. Pertanyaan siswa mengenai manfaat pelajari matematika langsung terjawab. Nyatanya pengetahuan matematika bisa berperan langsung pada pemecahan soal musibah biarpun dengan sejumlah penyederhanaan.

Motivasi untuk belajar matematika itu nyatanya juga berimbas pada tabiat siswa dalam hadapi musibah. Empati untuk turut ikut serta dalam pengurangan efek musibah (disaster risk reduction) nampak. Selesai pelajaran matematika ada salah satu orang siswa yg mengirim surat terhadap Wali Kota Solo supaya menggalakkan pengerjaan biopori serta sumur serapan untu menghindar banjir.

No comments:

Post a Comment