Tuesday, August 27, 2019

Pentingnya Literasi, dari Pendidikan Karakter hingga Dongeng

MESTINYA, kegiatan mendongeng untuk penduduk Aceh yaitu suatu budaya yang mengeratkan pertalian ibu dengan anak, nenek dengan cucu, makcik dengan keponakan, dan lain-lain. Biarpun pertalian itu telah erat, dengan tradisi mendongeng, keeratan yang telah ada jadi bertambah erat.

Tidak hanya mengeratkan pertalian yang tua dengan yang muda atau si kecil, tradisi mendongeng dalam penduduk Aceh jaman dulu yaitu suatu budaya, suatu kearifan, juga sekaligus satu bentuk pendidikan atau pelajaran. Soal ini lantaran dalam dongeng yang dikatakan orang Aceh terhadap anak, cucu, serta keponakan itu mempunyai kandungan nilai-nilai sifat yang kuat.



Dongeng yang dikatakan terhadap anak, cucu, atau kepokan itu rata-rata selalu disisipi dengan pesan yang kuat dalam akhir narasi. Soal ini tidak lain jadi penguatan sifat untuk si buah hati. Biarpun kadang-kadang dongeng yang dibawakan satu orang nenek waktu mengirimkan cucunya tidur yaitu suatu dongeng binatang, masih ada pesan penguatan sifat yang bisa jadikan edukasi untuk sang cucu. Ditambah lagi, apabila pengantar tidur itu bukan semata-mata narasi dongeng, namun cerita legenda atau hikayat.

Dalam penduduk Aceh waktu dulu, dongeng bukan hanya dibawakan untuk mengirimkan tidur satu orang anak. Dongeng jadi suatu tradisi mengisi senggang yang kosong. Gak urung satu orang nenek menghimpun cucunya di siang hari kemarin mengemukakan suatu cerita. Di lain bidang, etika menceritakan ini mulai jadikan jadi suatu hiburan. Seperti itulah penduduk Aceh punya sikap pada kisah-kisah yang tidak semua cerita itu yaitu dongeng biarpun tradisi mengemukakan cerita itu diistilahkan dengan mendongeng.

Dalam penduduk Aceh memang terdapat beberapa makna yang diperlukan dalam mengemukakan sejumah cerita barusan. Mulai makna simpel meukisah s/d makna meuhikayat. Akan tetapi, semua makna itu merujuk pada penjelasan mendongeng dalam bahasa Indonesia, biarpun tidak semua cerita yang dikatakan yaitu dongeng.
Simak Juga : contoh cerita fiksi pendidikan

Baik cerita yang berwujud dongeng (fiksi murni) ataupun cerita berwujud legenda serta hikayat, selalu nilai sifat tersemat. Oleh karenanya, tradisi mendongeng memang bukan semata-mata pengantar tidur serta pengisi waktu senggang, namun bentuk pelajaran serta pendidikan sifat berkearifan lokal yang telah dipunyai penduduk Aceh saat dulu. Sudah pasti, di penjuru dunia lain ada tradisi mendongeng. Soal ini tidak lain lantaran pada waktu dulu, mendongeng atau menceritakan adalah suatu sistem pendidikan dalam keluarga.

Searah dengan pergantian waktu serta kemodernan masa, tradisi mendongeng perlahan-lahan hilang. Biarpun belum hingga punah, tradisi mendongeng ini hampir tidak ditemui di Aceh serta mungkin saja demikian di wilayah lain. Tradisi mendongeng dalam kehidupan penduduk kelanjutannnya dipandang seperti suatu hal yang kuno serta tidak sama dengan waktu saat ini. Meskipun sebenarnya, apabila disaksikan dari segi efektivitas, mendongeng ini dapat dikerjakan di kapan waktu, pagi sampai malam.

Di sekolah PAUD serta TK, umpamanya, ada waktu khusus dengan diambil oleh guru untuk mengajari sifat beberapa anak didik lewat dongeng. Di sekolah basic sampai menengah demikian. Pada disaat malam demikian, satu orang nenek atau ibu, atau makcik atau siapa juga dalam keluarga, dapat menghimpun beberapa anak lalu mengemukakan pelajaran sifat lewat beberapa cerita. Tidak musti sewaktu pengen tidur, menghimpun selesai salat Isya atau waktu khusus sangat mungkin. Pada akirnya, apabila tradisi ini bisa dikerjakan, mendongeng bukan semata-mata berikan pendidikan sifat untuk beberapa anak, namun mendekatkan pertalian yang telah dekat, mengeratkan bersilahturahmi di antara yang muda dengan yang tua, si kecil dengan si dewasa.

Seto Mulyadi, satu orang pendongeng juga sekaligus psikolog anak menuturkan kalau mendongeng adalah jembatan komunikasi di antara orangtua serta anak mulai sejak awal. Hubungan di antara orangtua serta anaknya saat mendongeng sangatlah mempengaruhi pembentukan sifat anak saat dewasa. Tidak hanya itu banyak pakar juga menganjurkan supaya orangtua melatih mendongeng terhadap beberapa anak untuk kurangi efek jelek dari media serta alat permainan kekinian.

Kasusnya yaitu keahlian mendongeng telah mulai luntur dalam penduduk Aceh. Tidak semua nenek, juga ibu atau makcik masa saat ini cakap menceritakan. Ibu-ibu serta makcik-makcik milenial masa now memulai terlatih dengan smartphone mereka. Kadang-kadang, waktu untuk menggenggam handphone semakin banyak dibandingkan waktu bersama dengan anak serta keponakan. Soal ini jadi salah satunya pemicu tradisi mendongeng perlahan-lahan lenyap.

Sebab itu, dibutuhkan usaha lain yang bisa dikerjakan sang ibu atau makcik, termasuk juga juga golongan bapak. Salah satunya usaha itu yaitu tuliskan ulang lagi cerita-cerita yang sempat mereka dengar pada seseorang tua-tua masa dahulu. Biarpun belum sanggup menerbitkan berbentuk buku, beberapa cerita yang dituliskan itu dapat diciptakan biasa, lalu diserahkan kepada anak cucu jadi bahan bacaan. Soal ini tentu saja cuma berguna untuk beberapa anak yang bisa membaca.

Semakin lebih menarik memang apabila kisah-kisah itu diedarkan berbentuk buku serta ada ilustrasinya. Untuk beberapa anak PAUD serta TK, kesenangan memandang gambar dapat bawa mereka untuk membaca info gambar. Selanjutnya dibutuhkan ajakan dari guru serta orangtua untuk membaca tidak hanya info gambar, dan juga cerita yang ada pada buku itu.
Artikel Terkait : pengertian paragraf

Cerita yang telah diedarkan berbentuk tulisan mempunyai kekuatan tertentu. Apabila dongeng yang dikatakan lewat oral hanya terbatas pendengar, cerita yang dikatakan lewat tulisan pasti simpel hingga terhadap semua susunan penduduk pembaca. Kelanjutannnya, menyampaikan pendidikan sifat lewat dongeng bukan semata-mata tradisi oral, namun jadi budaya membaca.

Punya arti, kisah-kisah lama seperti Banta Baransyah, Banta Sedang, Sangat Mude, serta semua butuh dicatat kembali. Soal ini bukanlah cuma bermanfaat untuk si anak, dan juga untuk orangtua milenial yang belumlah sempat dengar kisah-kisah itu. Saat ada yang telah tuliskan kisah-kisah itu, tentu saja penebaran info sifat di dalamnya dapat didapati banyak orangtua milenial. Karena itu, tradisi mendongeng dapat diserasikan dengan keperluan serta kondisi masa saat ini, yang tuliskan kisah-kisah itu.

Demikian juga dengan kisah-kisah kepahlawanan serta kerajaan. Terdapat beberapa cerita di Aceh ini berkaitan kepahlawanan serta kerajaan. Di kisahnya, terdapat beberapa nilai sifat yang bisa diambil. Akan tetapi, terdapat beberapa juga penduduk Aceh masa saat ini tidak sadari sekalipun cerita itu. Disinilah andil menulis jadi penting bersamaan dengan andil mendongeng.

Apabila dua soal ini dihidupkan di Aceh, ialah mendongeng serta tuliskan ulang lagi cerita itu, pelajaran sifat untuk generasi Aceh jadi bertambah kuat. Menyampaikan nilai sifat lewat cerita lebih simpel diterima dibandingkan lewat dakwah serta nasehat langsung. Tidak hanya itu, dengan tuliskan ulang lagi beberapa cerita itu, Aceh telah hidupkan budaya literasi yang pada kerangka lain beri dukungan program Aceh Carong Pemerintahan Aceh. Sebab itu, dalam usaha menggalakkan tulisan ulang lagi kisah-kisah waktu dulu ini dibutuhkan support penuh dari Pemerintah Aceh.

No comments:

Post a Comment