Saturday, March 9, 2019

Yuk Intip Bagaimana Mau Berdemokrasi Kalau Berbeda Saja Tak Bisa

KH Mustofa Bisri terasa tidak butuh larut dalam hiruk pikuk politik seperti kala saat pilpres serta wapres saat ini. Baik dalam ceramah atau di social media kiai yg akrab dipanggil Gus Mus itu jarang sekali mengusik bab politik.

Lantaran ia menilainya pemilu adalah hajatan teratur lima tahunan yg sudah lama dikerjakan di Indonesia. Dimulai dengan masa demokrasi terpimpin di saat Sukarno, orde baru era Soeharto serta reformasi saat ini.

Simak juga: jumlah penduduk indonesia 2018
Sayangnya biarpun telah melalui tiga waktu dengan berulangkali pemilu, Indonesia dianggap belum juga siap berdemokrasi. Satu diantaranya indikasinya merupakan seringnya berlangsung gesekan di orang cuma karena tidak serupa pilihan. Contohnya ketaksamaan pilihan di Pemilihan presiden 2019 yg lantas mengakibatkan makna cebong serta kampret. Di social media, dua group ini kerap turut serta sama-sama sindir bahkan juga sama-sama cacian.

" Bagaimana ingin berdemokrasi bila kita tidak serupa saja nggak dapat, pada akhirnya demokrasi jadi anarki, " kata Gus Mus kala Blak blakan dengan detikcom yg tampil, Rabu, 6 Maret 2019.

Gus Mus menilainya yang memicu pertama ketidaksanggupan Indonesia dalam berdemokrasi merupakan sejarah bangsa ini yg sepanjang 350 tahun dijajah Belanda. Bebas dari penjajahan Belanda, Indonesia memang telah masuk skema demokrasi, sayangnya lantas ke arah Demokrasi Terpimpin. Sesudah Orde Lama roboh, Indonesia masuk dibawah Orde Baru serta skema demokrasi mandek sebab semua telah ditetapkan oleh Presiden Soeharto.

Runtuhnya Orde Baru membawa angin pergantian di Indonesia. Sayang lantas elite negeri ini memandang demokrasi di Indonesia sama seperti Amerika Serikat. Walau sebenarnya disana kecuali aspek budaya serta pendidikan yg lebih baik membuat mereka lebih siap berdemokrasi.

Yang memicu ke-2 merupakan besarnya angka presidential treshold atau ujung batas menyerahkan capres yg memaksa pada akhirnya cuma ada dua calon beradu di Pemilihan presiden 2019. Ditambah kembali dua calon itu merupakan calon yg sama seperti lima tahun saat kemarin.

Pemilihan presiden dengan dua calon ini serupa dengan Pemilu di AS yg baru melalui. " Kita belum juga dapat seperti AS. Di AS saja geger senantiasa ditambah lagi kita yg baru timik timik (perlahan) ingin berdemokrasi, " kata Gus Mus.
Artikel Terkait : demokrasi terpimpin

Terus bagaimana jalan keluarnya?

Gus Mus menuturkan kunci biar tidak berlangsung perselisihan karena ketaksamaan pilihan politik merupakan tdk berlebih-lebihan. Sikap berlebih-lebihan ini kadangkala mengakibatkan hilangnya akal sehat. Hingga agama, ayat suci serta bahkan juga nama Tuhan dibawa-bawa ke politik.

No comments:

Post a Comment