Wednesday, October 2, 2019

Yuk Simak Ensiklopedi Budaya Keindonesiaan

Sejak mulai Februari 2018, Radio Republik Indonesia (RRI) lakukan redesign Programa 4 (Pro4) biar lebih dekat terhadap generasi milenial. Sebelumnya, Pro4 sebagai pusat tayangan budaya serta pendidikan orang. Seusai redesign, RRI Pro4 miliki tagline baru jadi “Ensiklopedi Budaya Keindonesiaan”. Perihal ini menegaskan andil RRI jadi pelestari budaya bangsa yg tidak henti menyelenggaran tayangan seni serta budaya wilayah di semuanya Indonesia. Telah mestinya apabila RRI dituntut dapat menafsirkan lewat cara nyata prinsipnya jadi Instansi Penyiaran Publik (LPP) yg datang buat semua masyarakat negara, merepresentasikan keberagaman, merepresentasikan ciri-ciri bangsa serta jadi rumah berbarengan yg memperkuat serta mempersatukan.

Simak Juga : contoh iklan layanan masyarakat
Perkuat Positioning

Redesign Pro4 jadi “Ensiklopedi Budaya Keindonesiaan” menguatkan positioning aliran ini jadi radio budaya. Berarti, keseluruhnya programa siarannya bermuatan serta perihal budaya, baik berbentuk tayangan pendidikan, berita serta kabar, iklan pelayanan orang (ILM) , atau dalam format program yang lain. Hasil ketetapan Rapat Sinkronisasi Nasional (Rakornas) RRI 2017 ini semestinya diwarnai spirit peristiwa hadirnya radio di Tanah Air jadi alat perjuangan, jadi medium literasi budaya buat menguatkan ciri-ciri keindonesiaa.

Pada sesi awal, atau pasnya di tahun 1937, beberapa radio yg mengarah seni serta budaya wilayah mengkonsolidasikan diri dengan membuat Perikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK) . Radio-radio partikelir itu dibangun serta dikendalikan oleh masyarakat pribumi dengan libatkan beberapa orang keturunan Tionghoa. Isi tayangan radio-radio itu berbentuk seni tradisionil yg ke arah pada penguatan ciri-ciri lokal manfaat menggelorakan nasionalisme.

Dengan ciri-ciri tayangan semacam itu karena itu mereka menyebutkan dianya sendiri jadi radio ketimuran, dikarenakan siarannya sebagai antitesa dari radio NIROM (Netherlandsche-Indische Radio Omroep Maataschaappij) yg kebarat-kabaratan (Wirawan, 2011) . NIROM sebagai tubuh usaha yg pada tahun 1934 miliki izin sah buat mengadakan tayangan atas nama pemerintah Hindia Belanda. Sampai lumrah apabila warna kolonial berikan warna siaran-siarannya.

Kita memang tidak hidup di era kolonial, namun dalam kehidupan global pun berlangsung perlawanan budaya yg tak kalah hebatnya dibandingkan peperangan fisik. Barengan dengan perubahan tehnologi komunikasi kabar, masuk juga efek budaya luar lewat industri film, fesyen, musik, makanan, buku serta bahan bacaan dan beberapa budaya popular yang lain. Kejadian gelombang budaya K-Pop dari negeri ginseng yg serta dapat tembus pasar Amerika Serikat yakni contoh serta faktanya. Internasionalisasi budaya yg sama sama mengontrol serta sama sama menegasikan sebagai keniscayaan di zaman digital saat ini.

Kita tidak kemungkinan cuma memprotes efek budaya Barat/Eropa, budaya India, China, serta budaya-budaya lain yg menghinggapi generasi muda kita, apabila tak lekas melangkah antisipatif. Sebab itu, dalam suatu pertemuan Komunitas Komunikasi Pemerhati (FKP) RRI, di tahun 2017, penulis menggugah sekalian lakukan otokritik pada RRI yg lebih fokus siaran-siaran budaya Pro4 buat orang-orangtua, serta condong manula.

Meski sebenarnya permasalahan budaya, malah berlangsung pada bagaimana mentransmisikan nilai-nilai budaya itu pada beberapa anak kita. RRI yg modern harus dapat mengkombinasikan siarannya lewat cara inovatif, kreatif, partisipastif, interaktif, serta atraktif lewat cara on air, on line, serta on land, pinjam arti rekan-rekan di KNRP (Konsolidasi Nasional buat Reformasi Penyiaran) .

Roadmap serta Pemetaan
Artikel Terkait :  tugas HRD

Harapan RRI yg akan membuat Pro4 jadi “Ensiklopedi Budaya Keindonesiaan” butuh dapat dukungan semua pemangku keperluan. RRI tidak mungkin dapat berubah menjadi radio pandai, kamus udara, pustaka audio serta pustaka digital tidak dengan campur nada banyak faksi. Seusai peluncuran di Jakarta, membutuhkan sama dengan time line, berapakah lama (periode, apabila menunjuk pada periodesasi direksi) usaha membuat RRI jadi “Ensiklopedi Budaya Keindonesiaan” akan terjadi.

Kenapa ini penting? Sebab demikian luasnya lingkup yg ingin dimasukkan jadi budaya keindonesiaan itu. Sama seperti dalam rancangan redesign dikatakan jika keindonesiaan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ,  bermakna mengenai Indonesia atau yg bersangkut paut dengan Indonesia.
Uraian program yg dikehendaki akan menolong menafsirkan rancangan budaya ke program supaya lebih gampang itu, rasanya pun belum lumayan memadai.

Dalam panduan implementasi, dengan mencuplik Koentjaraningrat (2005 serta 2014) , dikatakan ada tujuh faktor kebudayaan universal, yg meliputi : (1) bahasa, (2) skema pengetahuan, (3) organisasi sosial, (4) skema perabotan hidup serta tehnologi, (5) skema mata pencaharian, (6) skema religi, serta (7) kesenian.

Menurut irit penulis, ke tujuh faktor kebudayaan universal ini masih butuh didata serta dipetakan pada tiap stasiun RRI dengan stakeholder di wilayah semasing. Semisalnya, berkaitan bahasa ; bahasa-bahasa apa yg ada pada wilayah itu, persebarannya, mana yg penuturnya dapat dibawa bersiaran, serta mana yg terancam punah.

Dengan begitu, dibutuhkan suatu roadmap (peta jalan) yg dapat diawali dari pencatatan, pemetaan, pengaturan rasio prioritas, sampai pengerjaan perancangan program yg pas sesuai dengan unit yg dituju. Sebab semestinya, dari sisi programing serta paket, ada program yg lebih menarik apabila menghadirkannya berbentuk pementasan live, ada yg berbentuk features, pembicaraan, talk show, variety show, dan seterusnya.

Terhitung apa RRI akan lakukan dengan sumberdaya sendiri atau libatkan pihat lain, dalam soal ini suport ahli, pelaku, komunitas-komunitas, terhitung pelibatan BUMN, BUMD, serta dunia usaha lewat dana CSR (corporate social responsibility) .

No comments:

Post a Comment